Hiduplah Secara Konsekuen dengan Injil

Galatia 2:11-14


Konfrontasi Paulus dengan Petrus atau Kephas menunjukan kelakuan Petrus yang tidak Konsekuen dengan kepercayaannya. Masalah teologis antara mereka berdua sebenarnya sudah dipecahkan saat siding para Rasul di Anthiokia dalam Kis 15 tentang sunat. Petrus mengakui bahwa di dalam Kristus tidak ada perbedaan lagi baik yang disunat maupun yang tidak disunat setelah mereka mengalami penyucian oleh darah Yesus Kristus. (Kis 15:7-9). Apa yang dipahami Petrus kelihatannya tidaklah mudah untuk dilakukan dalam ranah praktis kehidupannya sehari-hari khususnya saat makan bersama-sama dengan orang-orang tidak bersunat (Yunani) Petrus terlihat sekali tidak konsekuen ketika beberapa kalangan Yakobus datang, ia menghindar dari kumpulan orang-orang tidak bersunat, karena takut dari kalangan orang-orang bersunat. Dan lebih fatal lagi orang-orang yahudi lainnya ikut berlaku munafik dengan Petrus (ayat 12-13).

Kelakuan Petrus dan orang-orang Yahudi lainnya yang sudah bertobat dan mengakui, sepakat bahwa ketika Darah Yesus telah menyucikan dosa-dosa mereka maka tidak ada lagi perbedaan antara orang yahudi dan yunani nyata-nyata tidak sesuai dalam prakteknya. Inilah yang dicela oleh Rasul Paulus!. Sehingga Paulus menegur Petrus dalam ayat ke 14 Bahwa Pertus lebih mementingkan budaya dan aturan-aturan Yahudi yang tidak hakiki dibanding mengedepankan Injil yang seharusnya sudah memerdekakan orang Yahudi dari hal-hal duniawi khususnya soal makanan dan sunat. (catatan,maksud dari ayat ini lebih menyoroti soal budaya, sederhanannya waktu tidak ada orang yahudi petrus bergaul bebas dengan orang bukan yahudi (yunani) yang budayanya makan makanan najis (kafir) ketika ada orang yahudi lainnya datang ia pura-pura menjauhkan diri dari orang-orang bukan yahudi itu tidakan ini tidak akan bisa membawa orang-orang bukan yahudi yang bisasa hidup dengan makanan-makanan najis kepada hidup menurut kebiasaan orang yahudi yang memakan makanan yang sehat). Dalam Alkitab bahasa inggris (NIV) mungkin akan lebih jelas …” when I saw that they were not acting in line with the truth of the Gospel, I said to Peter in front all of them all, you are a Jew, yet you like a Gentile and not like a Jew. How is it, then that you force that gentiles to follow Jewish customs?”.

Saudara sebagai orang percaya kita kadang-kadang mungkin sering sekali bersikap seperti Petrus yang tidak konsekuen dengan Injil yang kita percaya. Kita sangat yakin atau take for granted bahwa ketika kita telah paham, mengerti Injil dengan baik, tetapi ketika masuk dalam ranah praktis (kehidupan sehari-hari) kita tidak berani secara terang-terangan menyatakan kebenaran Injil kepada semua orang karena kita takut, takut hubungan menjadi rusak, takur kehilangan popularitas, takut kehilangan posisi/ jabatan atau takut kehilangan sumber penghasilan (uang), sehingga kita cenderung lebih mengorbankan Injil daripada hal-hal duniawi yang tidak hakiki, tidak kekal. Hal seperti ini tentunya tidak boleh terjadi, karena Injil itu adalah kabar baik, kelepasan, kebebasan, kemerdekaan yang diwujudkan dalam kasih persaudaraan untuk itulah Kristus datang, tetapi si iblis ia datang hanya untuk mencuri, mengancurkan dan membinasakan.

Oleh karena itu didalam persekutuan jemaat tidak boleh terjadi ada golongan-golongan seperti yahudi, yunani, kafir atau tidak kafir yang dalam kotek kita di gereja jangan ada silo mentality bahwa kelompok yang satu lebih hebat dan tidak mau bergaul dengan kelompok yang lainnya, cara hidup seperti ini membuka pintu untuk iblis masuk dan mencuri kehidupan injil dari kita, jika dibiarkan maka pelan-pelan iblis mulai menghancurkan atau mencabik-cabik dan tidak lama ia membinasakan atau dengan kata lain merusak persekutuan umat Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

Tujuan, Manfaat dan Cara Puasa

Anak adalah milik Pusaka Allah

Allah Menepati Janji-Nya