Anak adalah milik Pusaka Allah
Bacaan: Maz 127:3-5
Saudara apakah milik pusaka atau harta warisan saudara yang paling berharga dalam hidup saudara? Tanah, rumah, mobil, rekening tabungan ataukah anak?. Saudara tidak perlu menjawabnya, tapi coba saudara perhatikan Jikalau perhatian atau investasi saudara kepada anak lebih kecil dibandingkan dengan hal-hal materi, maka sudah dipastikan hal materi adalah pusaka atau warisan dalam hidup saudara dibandingkan dengan anak!.
Ada sebuah keluarga meninggalkan warisan yang luar biasa kepada anak-anak mereka, ketika orang tua mereka masih hidup keluarga ini terilhat rukun tetapi setelah orang tua mereka meninggal kerukunan itu tidak lagi terlihat karena semua anak-anaknya bertikai memperebutkan harta kekayaan. Sebuah gambaran dimana orang tua lebih memperhatikan dan menginvestasikan kehidupannya kepada materi daripada kepada anak-anaknya. Saya percaya kalau perhatian dan investasinya kepada anak-anak, pasti tidak akan terjadi perpecahan seperti ini.
Oleh karena itu dalam ay.3 disana tidak dikatakan bahwa milik pusaka Allah adalah berupa tanah, bangunan atau benda materi lainnya tetapi dikatakan MILIK PUSAKA Allah adalah seorang ANAK! Warisan yang Allah tinggalkan kepada kita adalah seorang anak bukan materi!. Itulah UPAH yang Allah berikan kepada kita sebagai orang percaya, itulah sebuah KEPERCAYAAN yang Allah berikan kepada setiap orang percaya yang dipercayakan seorang anak!.
Oleh karena itu kepercayaan yang Allah berikan harus diresponi dengan penuh tanggungjawab!. Bagaimana tanggungjawab saudara terhadap anak-anak saudara sampai hari ini?, dengan perkembangan pendidikan, kesehatan, intelektual, spiritual dan sosio-emosional mereka? Berapa % anggaran keluarga saudara dihabiskan untuk pendidikan anak-anak saudara?, berapa % waktu saudara dihabiskan untuk membina iman mereka?, mungkin sangat kecil sekali atau bahkan tidak ada sama sekali!. Oleh karena itu jangan salahkan anak-anak saudara kalau mereka menjadi pembangkang, keras kepala dan kasar dan tidak berkembang!.
Firman Tuhan mengingatkan kepada kita bagaimana seharusnya kita memperlakukan anak-anak kita, pada ay. 4 dikatakan perlakukan anak-anak sedini mungkin seperti layaknya sebuah anak panah di tangan seorang pahlawan!. Ditangan pahlawan sebuah anak panah adalah kehidupan! Ia bisa sebagai alat pertahanan, ia bisa membunuh lawan, ia bisa dipakai berburu untuk mencari makanan. Apabila pola pikir dan cara pandang kita terhadap anak-anak kita seperti ini maka cara kita memperlakukan anak-anak kita akan sangat berbeda. Berikan perhatian yang khsusus dan investasikan uang dan waktu kita kepada anak-anak kita dengan baik maka di masa tuanya ia tidak akan kemana-man, ia tidak akan menjadi pengemis atau meminta-meminta! Tetapi sebaliknya ia akan memberi pinjaman dan menjadi berkat bagi orang lain!.
Perhatian khusus bukan saja diberikan pada masa-masa balita atau masa pertumbuhan anak-anak tetapi juga bisa diberikan pada masa-masa kehamilan seorang Ibu. Menurut penelitian pemberian nutrisi yang baik kepada bayi dalam kandungan selama 3 bulan pertama, sering mengajaknya bicara dan mendengarkan musik pada masa kehamilan 9 bulan akan melahirkan anak-anak yang memiliki kompetensi dasar yang berkualitas secara intelektual dan sosioemosional. Namun jika masa kehamilan ibu tidak dibarengi dengan nutrisi yang baik dan diwarnai dengan ketegangan kehidupan suami istri, biasanya anaknya yang lahir cenderung menutup diri, minder, takut, tidak memiliki percaya diri dan lamban dalam pertumbuhan intelektualitasnya.
Dengan demikian Firman Tuhan katakan berbahagialah seorang pahlawan yang telah membuat tabung panahnya penuh karena ia tidak akan mendapat malu ketika berdiri di depan mush-musuhnya! (ay.5). Saudara hal ini berbicara mengenai Self Convidence atau Percaya Diri!. Percaya diri adalah sebuah modal yang penting untuk menjadi seorang pemimpin untuk menjadi seorang kepala bukan ekor! Oleh karena itu penuhilah anak-anak kita sejak dini dengan pengetahuan, pendidikan dan pengenalan akan Tuhan yang baik dan benar. Suksenya anak-anak adalah kebahagiaan orang tua, bangsa dan negara!.
Comments
Post a Comment