Orang Paling Lemah Lembut di dunia

“Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” - Bilangan 12: 3

Salah satu cerita Alkitab yang paling populer adalah cerita tentang Musa. Ada banyak hal yang dapat kita pelajari darinya seperti; imannya, komitmentnya, integritasnya, keberaniannya, kepemimpinannya, ketegasannya dan yang paling menarik yang dapat kita pelajari dari Musa adalah KELEMAH LEMBUTAN HATINYA.  Saya percaya bahwa Musa tidak akan berhasil emimpin 1 juta lebih umat Israel keluar dari tanah perbudakan di Mesir tanpa kelemah lembutan hatinya.  Dalam Alkitab versi KJV  kelemah lembutan diartikan sebagai meek atau kerendahan hati atau kemurahan hati.
Orang yang lemah lembut, rendah hati dan murah hati pastilah mudah untuk mendengarkan  (tunduk) dan patuh (taat). Demikianlah apa yang terjadi dengan Musa, ia tunduk, patuh dan taat kepada Allah.  Tanpa kerendahan hati, mustahil Musa bisa memimpin umat Israel yang terkenal dengan sungut-sungutnya.  Lemah lembut adalah kecerdasan spiritual yang lahir dari pekerjaan Roh Kudus karena lemah lembut atau murah hati merupakan karakter Allah (Mat 11:29). 
Dari LEMAH LEMBUT  timbulah hasrat untuk MENDENGARKAN.  Dari mendengarkan maka  timbulah IMAN (Rom 10:17), dengan iman kita BERKENAN kepada Allah (Ibr 11:6), ketika kita berkenan kepada Allah, kita akan TAAT melakukan hukum-hukum-Nya (Yak 2:26) dan ketika kita taat melakukan hukum-hukumnya kita beroleh BERKAT (Ul 11:27).
Musa diberkati Tuhan sebagai orang yang paling lemah lembut melebihi semua orang yang ada di dunia.  Musa menolak tawaran Tuhan untuk peninggian  (Kel 32:10-14) itu berarti musa rendah hati tidak sombong.  Abraham diberkati sebagai Bapak orang percaya karena ia rendah hati, mau mendengarkan dan memelihara hukum-hukum atau perintah-perintah Allah (Kej 26:5). Tuhan Yesus, ia ditinggikan Allah karena kelemah lembutan dan kemurahan hati-Nya (Mat 11:29).   Gambaran tersebut diatas merupakan kecerdasan spiritual yang apabila setiap orang percaya melakukannya akan  memberikan keuntungan yang luar biasa baik dalam hidupnya, pekerjaannya dan pelayanannya.

Riset  Gay Hendrik & Ludenman Phd terhadap 800 manajer perusahaan selama 25 tahun mengambil kesimpulan:  “Bahwa pemimpin yang berhasil membawa perubahan pada puncak kesuksesannya adalah orang-orang yang memiliki integritas, mau menerima kritik, rendah hati dan mengenal dirinya dengan baik. Dan kecerdasan spiritual manusia yang lebih tinggi dari rata-rata adalah Kerendahan Hati (kelemah lembutannya).”
Namun untuk lemah lembut atau rendah hati bukanlah sesuatu yang mudah!. Sebelum Musa memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, Tuhan perlu mempersiapkan hatinya melewati setiap ujian yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupnya.  40 tahun hidup sebagai anak angkat Firaun yang hidup didalam kelimpahan dan kekayaan, kedudukan dan popularitas tentunya akan menghalangi rencana Tuhan yang Tuhan akan taruh atau tempatkan dalam diri Musa. Oleh karena itu Tuhan perlu membersihkan atau menyingkirkan noda-noda itu di dalam hati Musa dengan mengizinkan Ia masuk dalam ujian yang Tuhan berikan dimana ia harus keluar dari Mesir dan menjadi pengembala kambing domba di padang gurun midian selama 40 tahun dengan meninggalkan kenyamanan, kekayaan, kenikmatan dan popularitas yang ia peroleh di Mesir  untuk mengalami penderitaan, kelaparan, kehausan, kekurangan, keterbatasan. Baru setelah itulah Tuhan menampakan diri dan menyatakan kemuliaan-Nya kepada Musa.

Demikian pula dalam kehidupan kita, ketika kita mau merendahkan hati atau lemah lembut di dalam mendengarkan akan kehendak-Nya dalam hidup kita, maka Tuhan pasti akan menampakan kemuliaan-Nya lewat muzisat dan kuasan-Nya kepada kita, karena telinga Tuhan tidak kurang untuk mendegarkan keluhan dan seruan kita kepada-Nya (Yes 59:1) sehingga kita akan memperoleh berkat-Nya (Kej 7:4).  Namun jika kemuliaan Tuhan belum tampak dalam kehidupan kita dan sepertinya kehidupan kita berada dalam satu penderitaan ke penderitaan lainnya kita tidak perlu cemas dan takut karena Tuhan sedang membersihkan hidup kita seperti apa yang Tuhan lakukan kepada Musa di padang gurun Midian.  Yakinlah setelah kita benar-benar bersih dihadapan Tuhan, Tuhan akan mengangkat kita dan menempatkan kita di dalam kemuliaan-Nya. Demikianlah Tuhan bekerja seperti seseorang yang akan membuang endapan kotoran di dasar gelas yang permukaannya jernih. Untuk mengeluarkan endapan itu bukan orang tersebut harus mengguncang guncangnya dan ketika endapan itu tampak di permukaan barulah endapn itu diangkat untuk dikeluarkan dari dalam gelas, hal ini terus berlanjut sampai suatu ketika endapan itu sudah tidak ada lagi dalam gelas itu dan air dalam gelas itu terlihat jernih bukan saja di permukaannya tetapi di dalam dasar gelasnya juga. Jika sudah bersih semua maka tidak perlu lagi orang tersebut menggucang-guncang gelasnya karena endapannya sudah tidak ada lagi.

Sebaliknya ketika Firaun tidak mau merendahkan hati dan mendengarkan Firman Tuhan lewat perantaraan Musa maka ia kena kutuk (Kej 7:4). Demikian pula dengan kita, ketika kita tidak mau mendengarkan Firman-Nya maka hal yang sama bisa terjadi pada kita (Ul 11:28), bahkan berkat-berkat yang kita terima bisa diubahkan menjadi kutuk (Maleaki 2:2). 

Comments

Popular posts from this blog

Tujuan, Manfaat dan Cara Puasa

Anak adalah milik Pusaka Allah

Allah Menepati Janji-Nya