PENGENDALIAN DIRI (Self-Control) Vs PEMUASAN DIRI (Self-Indulgence)

Saudara musuh terbesar manusia bukan diluar dirinya tetapi di dalam dirinya.  Kalau dapat dihitung, harga yang harus dibayar sangat mahal ketika kita tidak dapat mengdalikan diri.  Contohnya ketika kita marah.  Bambang Budidjanto, Phd former RVP Compassion Int Asia Region pernah menceritakan sebuah kisah nyata yang terjadi di Amerika.  Seorang pria membawa pulang mobil yang baru dibelinya ke rumah.  Tidak lama kemudian anak kecilnya laki-laki melihat mobil baru tersebut kemudian ia mengambil sebuah lap yang ternyata itu adalah sebuah kain kasar dan mengosok gosokannya ke badan mobil baru ayahnya (Mungkin ia mau menolong ayahnya mencuci mobil seperti yang ayahnya sering lakukan, namun caranya yang salah).  Gosokan demi gosokan di badan mobil tersebut membuat goresan-goresan kasar dan cat mobil tersebut mengelupas serta menimbulkan bunyi yang kasar dan mengundang ayahnya berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi. Begitu kaget ayahnya ketika ia melihat mobil barunya tersebut sudah rusak banyak baretan dan catnya terkelupas. Dengan emosi yang tinggi ia mengampil sebuah palu dan berlari menghampiri anaknya serta memukul semua jari tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman. Ketika melihat anaknya menangis terus menerus dan menahan rasa sakit,  ayahnya segera membawa anaknya ke rumah sakit.  Dokter berupaya keras menyelamatkan jari-jari tangan sang anak yang hancur itu tetapi gagal.  Akhirnya dokter memutuskan untuk mengamputasi semua jari pada kedua tangan anaknya tersebut.  Ketika anak itu sadar dari operasi amputasi dan melihat  jari-jari tangannya hilang dan dibungkus  perban, anaknya berkata, ”Ayah, aku minta maaf dengan mobil ayah.” Kemudian ia bertanya kepada ayahnya,  ”tetapi kapan jari-jari tanganku ini akan tumbuh kembali Ayah?”.  Hal ini membuat hati ayahnya sangat sedih dan terpukul, sesampainya di rumah ia melakukan bunuh diri.

Cerita tersebut mau mengajak kita untuk berpikir dan berasa dengan matang sebelum bertindak. Barang yang sudah rusak dapat kita perbaiki tetapi tangan yang sudah rusak dan hati yang terluka sering kali tidak dapat diperbaiki.  Oleh sebab itu sangat penting bagi kita untuk memiliki PENGENDALIAN DIRI.  Sesungguhnya Allah kita adalah Allah yang mengedalikan diri karena Ialah yang Maha Kuasa.  Jika tidak kita sudah binasa sejak dunia ini diciptakan.  Ketika manusia pertama Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa,  Tuhan tidak dengan segera memusnahkan manusia dan menggantikannya dengan yang baru, Ia ingat akan janjiNya kepada manusia dalam kejadian 1:28..Let them dominion...  Biarlah mereka berkuasa atas bumi dan segala isinya....ini menunjukan bahwa Alllah sudah memberikan otoritas kepada manusia dan Ia tidak mau dengan semena-mena mengambil kembali apa yang telah difirmankanNya.  Tetapi Ia mengambil jalan lain dengan mengirimkan AnakNya Yesus Kristus untuk memperbaiki apa yang rusak dan mengembalikannya kepada posisi yang semua yaitu dari dosa menjadikannya mulia kembali lewat pengorbananya di kayu salib bukan membinasakannya (Roma 3:23-24).

Oleh karena itu pengendalian diri sesungguhnya dalah pekerjaan Roh.  Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa Pengendalian diri itu adalah salah satu buah Roh (Galatia 5: 23) atau pekerjaan Roh Kudus bukan hawa nafsu atau kedagingan. Buah Roh penguasaan diri diterjemahkan dari kata “egkrateia”. Dalam bahasa Yunani pengertian ”egkrateia” menunjuk pada kemampuan diri untuk menguasai dan mengendalikan diri sedemikian rupa sehingga tidak membiarkan diri terbawa oleh perasaan dan tindakan yang tidak terkendali.  Kebajikan yang seperti inilah yang akan membuat seseorang mampu mengendalikan dirinya sendiri sehingga ia dapat menunjukkan kematangan diri secara rohani.  Jika disebut buah maka ia tidak jadi dengan sendirinya melainkan ada sebuah proses pertumbuhan yang terjadi di dalam tumbuhan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan buah Roh pengendalian diri, ia tidak akan jadi dengan sendirinya di dalam diri kita, tetapi merupakan pekerjaan Roh Kudus yang terjadi di dalam diri kita yang terus menerus bekerja mengingatkan kita akan Firman Tuhan yang telah tertanam dalam hati kita, yaitu Yesus Kristus Tuhan.

Lawan dari  Pengendalian Diri (egkrateia)  adalah akrates yang berarti lemah, tidak tahan bertarak; tidak dapat menahan atau menolak hasrat atau nafsu  jasmani".   Paulus menggambarkan kondisi ini: dalam Roma 7:15,19, 24 "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena  bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.  Sebab  bukan apa  yang aku kehendaki, yaitu  yang baik yang aku  perbuat, melainkan apa yang tidak  aku kehendaki, yaitu yang  jahat,  yang  aku   perbuat....Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku  dari tubuh maut ini?". 

Pengendalian Diri sangatlah penting di pelihara,  apalagi bagi para pemimpin gereja atau hamba-hamba Tuhan.  catatan kejatuhan hamba-hamba Tuhan pada Mega Chruch di Amerika seperti Ted Arthur Haggard pastor of the New Life Church di Colorado, Isac Hunter, pastor Summit Church di Florida,  Sam Hinn, pastor gereja The Gathering Place Worship Center, David Loveless pastor di gereja Discovery Church mereka semua jatuh dalam dosa sexual. Karena tidak dapat Mengendalikan Diri.

Bagaimana caranya supya kita dapat mengedalikan diri dari semuannya itu? Paulus memiliki cara melepaskan diri dari tubuh maut ini?, Inilah yang Rasul Paulus lakukan:
1.     Menerima Roh Kudus.
Menerima Roh Kudus artinya ada kesepakatan antara manusia dan Allah dimana manusia tunduk kepada pimpinan Roh sehingga Allah akan bekerja mengendalikan manusia tersebut.  Itulah yang dilakukan Paulus yang berinisiatif tunduk kepada Allah dengan menerima tuntunan Roh Kudus. langkah pertama yang  Paulus lakukan untuk mengalahkan hawa nafsu dan  kedagingan adalah menerima Roh Kudus melalui iman di dalam Yesus Kristus. Roh Kudus itulah yang menjadikan roh kita menjadi tahir, kudus dan kembali menjadi mulia,  “Demikianlah tidak ada  penghukuman   bagi  mereka yang ada di dalam  Yesus Kristus Yesus''  (Rm.8:1)
2.     Dipimpin oleh Roh Kudus
Menerima Roh Kudus saja belum cukup karena roh kitalah yang diselamatkan, tetapi tubuh kita masih mengenakan tubuh yang dapat binasa apabila tidak memberi dirinya dipimpin oleh Roh Kudus maka yang terjadi adalah kita sulit untuk menguasai dan mengendalikan emosi atau jiwa kita.   Ketika Paulus menjadi orang percaya sebagaimana  orang  percaya Iainnya, dia  menerima Roh  Kudus untuk tinggal di dalam dirinya. "Semua orang,  yang   dipimpin  Roh  Allah, adalah anak Allah" (Rm.8:14) Taat akan pimpinan Roh  Allah menghasilkan pengendalian diri karena  pengendalian diri  adalah   pekerjaan Roh  Kudus.  'Tetapi   buah    Roh    ialah:   kasih, sukacita, damai  sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" (Gal.5:22.-23).  Apakah kita mau dipimpin oleh buah-buah Roh ini?.
3. Menaati Roh Kudus
Ketika Rasul Paulus berinisiatif memberikan dirinya untuk dipimpin oleh Roh,  maka mau tidak mau ia harus mentaati Roh Kudus.  Ketika saudara ditempat pekerjaan dipimpin oleh atasan saudara belum tentu saudara akan tunduk  atau taat kepada atasan saudara.  Demikian halnya dengan dipimpin oleh Roh.  Jadi Pengendalian diri datang bila kita langsung  mau menaati  pimpinan Roh Kudus. ''Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum  Taurat karena tak berdaya oleh daging  telah dilakukan  oleh Allah dengan jalan mengutus  Anak-Nya sendiri dalam daging yang serupa dengan  daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa  di dalam daging supaya  tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging. tetapi menurut Roh... Sebab keinginan daging  adalah  perseteruan terhadap Allah,karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”. (Roma 8: 3-4, 7-8).  Sama halnya dengan taat kepada pimpinan saudara yang membuat saudara berkenan dihadapannya, demikian Juga Allah kita ketika kita mau taat kepadaNya maka Allah akan berkenan kepda kita.

Paulus belajar bagaimana menaati Roh dengan mengalahkan keinginan tubuh/daging, ia mengatakan,  'Jadi, saudara-saudara  kita adalah orang berhutang,  tetapi bukan  kepada daging, supaya hidup menurut daging.  Sebab, jika kamu hidup menurut  daging, kamu  akan mati;   tetapi   jika oleh   Roh   kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup" (Rm 8:12-13). .Kata mematikan  adalah  thanatoo, yang artinya menghukum mati Perintah yang sama diberikan di dalam Kolose3:5: "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi. yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu,  nafsu  jahat dan  juga keserakahan,  yang    sama   dengan penyembahan berhala".  Kata mematikan di sini adalah nekroo  yang berarti "mernatikan, menaklukkan".  Paulus menjelaskan bagaimana menaklukkan daging dalam l Korintus 9-27: 'Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah rnemberitakan Injil  kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak".  Kata melatih secara harafiah berarti 'latihan habis--habisan, menghantam sampai  memar, seperti pukulan petinju;  perlakuan kasar; mendisiplin dengan keras". Perlakuan  seperti ini nampak brutal, dan  Paulus  tidak mengatakan bahwa ini yang harus dilakukan setiap orang  percaya.  Yang hendak  dia tekankan  adalah  bahwa tidak ada  pengorbanan yang  terlalu kecil atau   terlalu  besar untuk memenangkan pertandingan dan menghindari diskualifikasi. Yesus memberi penguraian yang  berbeda saat   mengajar    murid-murid-Nya, 'Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,  sudah berzinah dengan dia didalam hatinya.   Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu....  Dan  jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena  lebih  baik  bagimu jika satu  dari  anggota tubuhmu binasa dari  pada  tubuhmu dengan utuh masuk neraka" (Mat. 5:28-30).  Ada  satu aktivitas menyakitkan yang Paulus  sering lakukan demi pengendalian diri; puasa. ''Dalam hal apapun kami  tidak memberi sebab orang tersandung,  supaya pelayanan kami jangan  sampai di cela  Sebaiiknya,  dalam hal kami menunjukkan,  bahwa kami adalah pelayan Ailah, yaitu: dalarn menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan dalam jerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa.  (ll Kor.6:3-5).  Jadi menjadi pelaku Firman adalah dengan cara melatih diri kita dan mematikan keinginan tubuh atau hawa nafsu, tidak ada jalan lain.

Oleh karena itu Tuhan mengingatkan kita dalam Titus 1:7-8 dikatakan 'Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang bukan peminum, bukan pemarah, tidak  serakah... dapat menguasai diri".  Juga mengingat usia dan pengalaman orang yang lebih tua diminta untuk memberi nasihat dan pimpinan,  lebih lanjut Titus 2:1-2 juga mengingatkan "Tetapi engkau,  beritakanlah  apa yang  sesuai  dengan  ajaran yang sehat Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, penuh pengendalian diri, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan".

Saudara Pengendalian diri tidaklah mudah hal ini akan sangat mengganggu metabolisme tubuh kita ketika kita menahan emosi kegeraman, kemarahan akan meningkatkan stress dan bahkan depresi  apa yang perlu kita lakukan ketika hal ini terjadi,  Paulus mengambil keputusan untuk berpuasa. Puasa memang menyakitkan, tetapi upahnya besar, khususnya untuk mengembangkan pengendalian diri Ketika nafsu makan  dikendalikan melalui puasa yang teratur, nafsu yang lain seperti nafsu seksual juga akan  berkurang.  Metabolisme tubuh akan berubah  setelah  puasa hari kedua atau ketiga karena memperoleh energi dari sel-sel lemak yang diuraikan, bukan dari makanan yang  dicerna.  Tubuh menyediakan energi  bagi  organ-organ penting jantung, paru-paru, ginjal, dan otak) melalui  mekanisme ini sementara membuat sistem yang lain mis. dorongan seksual, tidak aktif.  Barangkal itulah sebabnya Paulus   memerintahkan   pasangan suami istri untuk mengasihi  pasangannya secara fisik kecuali saat berpuasa.  Dalam masa  itu  mereka tidak  akan memiliki hasrat untuk  ini (lih.I Kor.7:5).  Penderitaan fisik selama berpuasa dapat dihubungkan dengan nasihat  Petrus, 'Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirirnu dengan pikiran  yang   demikian,   karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia te1ah berhenti berbuat  dosa  " (I Pet.4:1). Ketika para murid   tidak  dapat  mengusir setan dari seorang  anak mereka  bertanya kepada  Yesus  apa  sebabnya. Yesus menjawab, 'Jenis ini tidak dapat diusir kecuali  dengan   berdoa   dan berpuasa"(Mat 17:21). Lewat puasa Paulus dapat memanage emosinya dan energinya dengan baik sehingga ia dapat menguasai dan mengendalikan dirinya pada kondisi apapun.
Begitu kita  dipenuhi dengan Roh Kudus, kita  akan dibawa melalui pencobaan dan ujian yang menuntut kita untuk mati. terhadap diri sendiri dan kecenderungan alami  kita. Untuk melewati setiap ujian itu kita perlu  mengucap syukur kepada Allah  untuk segala  rencana-Nya melalui pengujian itu, lalu bersukacita dengan cara  mencari manfaat  ujian  itu,  serta   berseru kepada Allah bila kita memerlukan  kelepasan.  Bila langkah-langkah ini dilakukan, orang  ini  akan mengalami kuasa Roh Kudus.  Kuasa kebangkitan Roh meng­ hasilkan pengendalian diri. Paulus menunjukkan hal ini di dalam Roma 8:11: 'Dan jika Roh Dia, yang  telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam  di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati. akan menghidupkan juga tubuhmu yang  fana itu  oleh  Roh-Nya. Yang diam di dalam kamu''.
Tujuan utama Paulus  adalah untuk mengalarni kuasa ini, dan  ia rela melewati  penderitan apa  pun untuk memperolehnya "(l.ih. Fil.3:8-10).

Refleksi:
  • Seberapa besarkah   pengendalian diri Anda?
  •  Apakah Anda memberi lebih banyak waktu untuk mengejar hal-hal yang rohani daripada kesenangan dunia?
  •  Apakah Anda menawan segala pikiran dan menundukkannya kepada Kristus?
  •  Apakah   Anda   mengendalikan  pola   makan   Anda   ataukah   Anda menikmati makanan yang Anda tahu tidak sehat?
  •  Apakah   Anda   mengakui    kelemahan    Anda   sehingga  Anda   dapat mengalami kuasa Kristus?
  •  Apakah  anda secara  terbuka berseru kepada  Allah  untuk  melepaskan Anda dari ketagihan?
  • Apakah Anda memiliki cara berpuasa yang bijak dan alkitabiah?
  • Sudahkah Anda meminta Bapa di Surga untuk memenuhi Anda dengan Rob Kudus?
  •  Apakah  Anda menanggapi  setiap  ujian Roh dengan  mengucap  syukur kepada  Allah  atas  rencana-Nya   dan  kemudian  mencari  manfaat  yang akan Anda dapatkan apabila Anda menanggapinya  dengan benar?
  • Pernahkah amarah Anda meledak di luar kendali?
  • Apakah  Anda  menyingkirkan   berbagai  bentuk  pemuasan  diri  supaya Anda tidak menurutinya?


SUMBER:
-           My Devotional Journal 1995 & 2010 
-           Compassion internal Devotion
-           Characther First – Character Buletin Series 3  No. 20
-           Wikipedia – Kejatuhan hamba Tuhan
-           Christianity Today


Comments

Popular posts from this blog

Tujuan, Manfaat dan Cara Puasa

Anak adalah milik Pusaka Allah

Allah Menepati Janji-Nya