ORIENTASI YANG SALAH DALAM MELAYANI TUHAN


1 Raja-Raja 19:9-18

Pernakah kita melayani dan pada akhirnya kecewa karena keinginan atau tujuan pelayanan kita tidak pernah berhasil,  sehingga membuat kita kecewa?.  melayani Tuhan bukanlah seperti  pekerjaan, ada kesepakatan antara pengusaha dan karyawan dengan syarat-syarat  Compensation, benefit, Competency dan strategic goal untuk mencapai target atau hasil.  Apabila kita menerapkan hal-hal ini di dalam melayani Tuhan maka pasti kita akan dikecewakan. mengapa?  Karena melayani Tuhan adalah Panggilan yang di dorong oleh komitmen iman, kekudusan dan kesetian, bukan pekerjaan yang memerlukan kesepakatan dan syarat-syarat penghasilan, kompetensi dan tujuan strategi untuk mencapai target atau hasil. Tetapi syarat dari panggilan pelayanan hanyalah mengerti dan memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita, dibayar atau tidakpun, berhasil atau tidakpun kita pasti tetap dengan rela dan senang hati melayani Tuhan.

Belajar dari Elia,  sebagai seorang nabi seperti nabi-nabi lainnya pelayanannya adalah membawa bangsa Israel, kembali kepada Allah. Elia tahu persis akan tugas itu, bahkan dia merasa sudah bekerja sekuat tenaga (1Raj 19:10, 14). Dua kali Elia mengatakan bahwa dia sudah bekerja sekuat tenaga bagi Tuhan. Bukti bahwa Elia sudah bekerja dengan sekuat tenaga adalah berani menantang raja Ahab dan lzebel beserta para nabi Baal, dimana Elia berhasil menurunkan api dari langit, menyembelih 450 nabi-nabi Baal. Tetapi Elia merasa bahwa pelayanannya gagal. Mengapa demikan?  Elia berpikir bahwa kalau Ahab dan orang Israel melihat mujizat yang dahsyat itu, mereka semua pasti akan datang menyembah Allah. Ternyata sebaliknya Ahab dan orang Israel masih tetap saja tidak mau bertobat.  Elia kecewa dan putus asa, karena dia merasa kalau peristiwa yang dahsyat itu tidak mampu membawa umat Israel kembali kepada Allah.  Kitapun kadang merasa kecewa dan putus asa dalam pelayanan bukan?, karena kita berorientasi kepada hasil. kita sering berpikir bahwa pelayanan yang dikenan Tuhan harus ditandai dengan suatu hasil yang besar dan spektakuler.  Makin dahsyat hasilnya, berarti Tuhan semakin berkenan kepada pelayanan kita.  

Allah begitu mengasihi Elia, Ia yang maha tahu, ingin membukakan suatu kebenaran kepada Elia dengan mendatangani Elia dan memberikan sebuah pertanyaan yang menusuk ke dalam hati Elia sebanyak dua kali (1 Raja 19:9, 13). Apa kerjamu Elia?, Allah ingin Elia memeriksa hatinya apakah dia sudah melakukan pelayanannya dengan benar.  Ayat 10 dan ayat 14 merupakan jawaban sekaligus ungkapan kekecewaan Elia bahwa walau pun dia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi tetap tidak ada hasilnya sama sekali, namun Allah melihat sebenarnya pelayanan Elia sungguh berkenan kepada-Nya, Jika tidak, Allah tidak akan peduli dan datang menjumpai Elia. Perkara orang Israel dan Ahab mau bertobat atau tidak itu bukan urusan Elia.  ltu urusan dan tugas Allah. Allahlah yang memilih umatNya, bukan kehendak Manusia tetapi kehendak Allah (Yoh 15:16). Bagi Allah yang penting bukan apakah pelayanan itu berhasil atau tidak berhasil. Tetapi bagaimana sikap kita, bagaimana  hati kita, bagaimana motivasi kita, ketika kita melakukan pelayanan kita. Kesungguhan, kekudusan dan ketulusan kita dalam melakukan pelayanan itu akan sangat  menentukan  apakah Allah berkenan  atas pelayanan kita atau tidak.

Jangan pula kita merasa bahwa tanpa saya, pelayanan ini tidak akan berhasil ataupun sebaliknya gara-gara saya pelayanan ini gagal.  Elia merasa bahwa tinggal dia seorang diri yang dapat membela AIIah (1 Raja 19:10, 14). Ia juga merasa gagal walaupun telah menurunkan api dari langit tidak membuat Ahab dan orang-orang Israel bertobat. Perasaan ini membuat Elia putus asa bahkan ketakutan dan harus lari dari kejaran seorang Izebel, padahal sebelumnya Izebel takluk kepada Elia.  Elia merasa bahwa tinggal dia sendiri yang dipihak AIIah, kalau dia gagal maka siapa lagi yang dapat melayani Allah? Padahal Allah masih punya 7000 orang yang masih setia kepadaNya (1 Raja 19:18).  Allah lebih dari mampu untuk melakukan semua rencanaNya walaupun hanya dengan orang yang sedikit bahkan andaikata tidak ada satu orang pun yang setia kepadaNya, Allah sendiri masih lebih dari pada cukup untuk melakukan semua rencanaNya.  Bukankah alam semesta ini dijadikan Allah hanya melalui FirmanNya? Pada hakekatnya Allah tidak memerlukan siapa atau apa pun di luar diriNya untuk melakukan seluruh rencanaNya. Kalau Dia melibatkan Elia dan kita untuk melakukan rencanaNya itu bukan karena Dia memerlukan kita, tetapi semata-mata karena anugerahNya. Allah mau melibatkan kita supaya kita punya kesempatan untuk memperoleh upah yang telah disediakan bagi siapa saja yang mau ikut dalam rencananya dengan sukarela dan dengan tulus hati. Kalau kita tidak mau diikut sertakan dalam rencana Allah, maka Allah akan mencari orang yang mau (Ester 4:14).
Kita tidak perlu memikirkan hasil pelayanan melebihi apa yang dapat kita pikirkan, karena bukan itu yang terutama dilihat Allah. Dia hanya melihat hati kita. Apakah kita sudah berusaha sekuat tenaga ataukah kita hanya setengah hati.  Allah tahu dan itulah yang paling menentukan apakah kita dikenan Tuhan atau tidak. Memang tidak mudah untuk tetap bersemangat dan tetap yakin bahwa Allah beserta kita, ketika hasil pelayanan kita sama sekali tidak memuaskan hati kita, apalagi kalau hasilnya kelihatan lebih buruk. Tetapi bukankah itu yang dialami oleh para nabi nabi di PL dan juga yang dialami oleh Tuhan Yesus? Habakuk sangat mengerti kebenaran ini ketika dia melihat bahwa pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekali pun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang (Hab 3:17). Habakuk melihat hasil yang sangat mengecewakan, tetapi karena Habakuk tahu bahwa Allah tetap berkenan kepadanya maka dia dapat bersorak-sorak dan beria-ria di hadapan Allah (Hab 3:18).  Habakuk sungguh­ sungguh percaya bahwa Allah tidak pernah merencanakan yang jahat dan semua rencana Allah pasti baik (Yer 29:11).  Sebab itu walau pun hasilnya sangat mengecewakan, Habakuk tidak mengalami depresi, karena orientasinya bukan pada hasil, tetapi apakah Allah menyertai atau tidak. Kalau Allah menyertai maka itu pasti baik, walau pun mungkin saat ini kita belum mengerti tetapi kelak kita akan mengerti maksud dari semua yaitu Kehendak Allah.

Selamat Melayani Tuhan.

Sumber:
-         - My Devotion Jurnal, 2016

-         - Pdt Agus Surjanto, Tokoh-Tokoh Alkitab.

Comments

Popular posts from this blog

Tujuan, Manfaat dan Cara Puasa

Anak adalah milik Pusaka Allah

Allah Menepati Janji-Nya