PENTAKOSTA
HARI RAYA PENTAKOSTA
Dalam bukunya Chruch Philosophy Compassion International, Compassion
memberikan ringkasannya tentang Gereja:
2.
Gereja adalah Jalan Hidup, bukan kegiatan Mingguan
3.
Gereja adalah sebuah organisme, bukan Organisasi
Hari raya pentakosta dirayakan
baik oleh orang Yahudi maupun orang Kristen, tetapi dengan cara yang
berbeda. Perayaan Pentakosta Israel
(juga disebut Feast of Weeks) dahulu (dan masih sampai sekarang) dirayakan lima
puluh hari setelah hari raya Paskah (Pentakosta artinya “kelima puluh”). Ini menandakan selesainya musim menuai
gandum, dan bagian dari ritual itu adalah mempersembahkan kepada Tuhan buah
sulung dari hasil tuaian mereka (Imamat 23:15-21).
Orang Kristen mereayakan
Pentakosta pada hari Roh Kudus dicurahkan atas orang-orang percaya yang
berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Pentakosta Perjanjian Lama. Kisar Para Rasul 2 secara dramatis
menerangkan kejadian itu di mana rasul dipenuhi dengan Roh Kuus dan mulai berbicra
dalam Bahasa asing. Banyak orang Yahudi
yang berasal dari berbagai bangsa berkumpul pada perayaan Pentakosta itu. Rasul
Petrus menyampaikan khotbah yang mengemparkan kepada mereka, yang menghasilkan
tiga ribu orang Kristen baru. Hal ini
menggenapi perkataan Yesus kepada mereka dalam Kisah Para Rasul 1:8, yang
menubuatkan bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas
mereka, dan mereka akan menjadi saksi-Nya di seluruh penjuru bumi. Orang-orang
Kristen seringkali menyebut Penyakosta sebagai “hari kelahiran gereja”.
Kekuatan Roh Kudus tidak hanya
secara signifikan terwujud pada saat kelahiran gereja, tapi ini juga terus
dalam pelayanan sehari-hari. Gereja itu tidak hanya melahirkan power atau kuasa
tapi terus beroperasi menjadi nyata,
hidup dalam keluarga dan komunitas bukan sebuah benda mati yang dibatasi oleh
kemegahan atau dinding-dinding kokoh gedung Gereja.
1.
Gereja Lokal tempat iman bertumbuh
Sekali seseorang menjadi seorang Kristen, ia
menjadi anggota tubuh Kristus secara universal/ umum. Kristus mempersatukan
setiap orang Kristen dengan setiap orang Kristen lainnya dalam Roh. Dan keanggotaan universal dalam Tubuh Kristus
diberikan ekspresi konkret dalam bentuk gereja lokal. Efesus 3: 6 panggilan itu sebuah misteri yang
bukan Yahudi dan Yahudi sekarang anggota dari satu tubuh, dan itu hanya awal. Karya rekonsiliasi Kristus berjalan lebih
jauh, karena Galatia 3:28 menunjukkan: orang-orang
bebas dan budak, baik laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, semua menjadi
bagian dari tubuh ini sebagai tanda yang terlihat dari kekuatan rekonsiliasi
Yesus Kristus. Tapi karya umat Allah harus terlihat dan terekspresi dalam
gereja lokal - sebuah komunitas yang diberdayakan melalui berdiamnya Roh Kudus
untuk melakukan apa yang Yesus perintahkan kepada kita, untuk melakukan:
menghasilkan murid. Ini bukan hanya konsep abstrak dari tubuh Kristus secara
universal, yang menempatkan mandat ini untuk bekerja dan membuatnya nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
Eklesiologi Protestan telah menempatkan banyak
penekanan pada pemberitaan Firman Tuhan dan administrasi yang tepat dari
sacraments. Seiring waktu ini telah
menyebabkan pemahaman yang berkurang dari "gereja" hanya sebagai tempat kita pergi seminggu sekali untuk
menerima penjelasan Alkitab, doktrin yang benar dan sakramen-sakramen. Tingkat keterlibatan telah menyusut dari tujuh
hari per minggu gaya hidup untuk acara Minggu pagi saja, dan dengan demikian
peluang bagi para anggotanya untuk tumbuh dalam perjalanan menghasilkan murid
telah berkurang secara signifikan. Gereja
adalah gerakan tak terbendung dari umat Allah yang berbagi dalam kehidupan
masing-masing. Hal ini jauh lebih dari sekedar ibadah mingguan. Gereja adalah komunitas pemuridan; cara hidup
daripada kagiatan/acara.
Tubuh Kristus, bahkan di tingkat lokal, jelas
memiliki organisasi. Setiap "bagian" memeiliki perbedaan dan fungsi
spesifik dan setiap bagian tersebut harus melakukan pekerjaan yang unik untuk
saling meneguhkan. Komunitas gereja awal ditunjuk peran dan
tanggung jawab dalam komunitas orang percaya untuk memastikan fungsi gereja
dinyatakan dengan baik. Namun, seluruh
metafora dari "tubuh" menekankan organisme hidup bukan benda mati. Demikian
juga, gereja bukan sebuah organisasi yang mati tapi terutama gereja adalah sebagai
organisme hidup dalam hubungan dengan Allah dan dengan dunia.
4. Gereja Adalah Komunitas, bukan Lembaga
Semua lembaga gerejawi (seminari, struktur nasional
denominasi, papan misi, penerbitan, dll) secara struktur haruslah mendukung pelayanan
gereja lokal dalam hidup dan misinya. Howard
Snyder mengatakan , "Salah satu
kebutuhan terbesar dari lembaga gereja hari ini adalah menemukan perbedaan yang jelas dan tajam antara gereja sebagai
yang alkitabiah disajikan dalam berbagai
bervariasi seperti anak perusahaan,
lembaga gerejawi, termasuk struktur denominasi, sehingga membuat kita begitu
sering bingung dengan gereja.”
Hal ini, tentu saja, dimengerti bahwa gereja
memiliki sisi kelembagaan untuk itu dalam realitas sosial. Setiap gerakan baru
dalam sejarah Kristen, dari waktu ke waktu, dilembagakan menjadi aspek-aspek tertentu dengan
doktrin-doktrinnya. Tingkat tertentu dari formasi sebagai lembaga tidak dapat
dihindari. Tapi esensi dari gereja tidak ditemukan dalam sebuah lembaga/ institusi;
itu ditemukan di masyarakat.
5.
Gereja adalah batu hidup, bukan sebuah Bangunan
Bangunan. Penggunaan ini membuka jalan untuk
kesalahpahaman sedih dari gereja sebagai
hanya sebuah bangunan di mana kita pergi seminggu sekali. Sekali lagi, bangunan gereja tidaklah masalah itu adalah
identifikasi gereja sebagai bangunan. Penekanan
Alkitab jelas sekali bahwa kita masing-masing adalah batu hidup itu, ketika
bergabung bersama-sama, membuat gereja, Fokus utama haruslah berada di komunitas umat Allah dan bukan pada
bangunan yang kita tempati.
6.
Gereja
Menciptakan Murid, bukan Program/ kegiatan
Gereja adalah pembawa Amanat Agung. Menciptakan murid yang terbaik haruslah dilakukan.
Masyarakat lokal dan pribadi orang percaya haruslah menciptakan sebuah hubungan
yang terjalin seperti kain yang terhubung menggambarkan hubungan di mana Allah
memelihara pertumbuhan masing-masing individu jemaat dalam Kristus dan komunitas.
Gereja haruslah menciptakan murid yang bertumbuh dan melayani di masyarakat. Alat-alat, sumber daya dan program gereja
adalah instrumen yang akan digunakan dalam menciptakan hubungan pemuridan di masyarakat. Mereka tidak boleh menggantikan hubungan yang
hidup dari gereja yaitu orang percaya dan
masyarakat.
7. Gereja adalah Harapan untuk Dunia, Bukan
Berfokus pada diri Sendiri
Gereja membawa kabar baik tentang kasih Allah
melalui Yesus Kristus kepada dunia. Gereja
membuat murid yang berusaha untuk menyelaraskan semua aspek kehidupan dan
hubungan dengan maksud Allah, sehingga
memajukan dan memperluas kerajaan Allah. Umat Allah haruslah mempengaruhi setiap
aspek kehidupan di dalam masyarakat dan berada di pusat dari rencana-Nya. Gereja adalah Rencana Allah
bagi rekonsiliasi dan pemulihan semua kehidupan. Gereja memiliki kapasitas yang tak tertandingi
untuk berbuat baik di planet ini dan
adalah agen yang paling efektif untuk membawa transformasi sosial. Gereja tidak
dipanggil untuk mementingkan diri sendiri!.
Kuasa Roh Kudus harusnya membawa
pertumbuhan terhadap Gereja sebagai organisme atau tubuh yang hidup bukan
bangunan yang mati. Biarkanlah kuasa Roh Kudus menuntun kehidupan setiap kita
orang percaya. Jangan padamkan Roh,
jangan mendukakan Roh apalagi menghujat Roh.
Dosa kekal yang tidak dapat di ampuni adalah menghujat Roh Kudus, ketika
orang-orang Farisi menuduh Yesus mengusir setan dengan roh beelzebul (Mar 3:22-30) Luk 12:10). Semua kita orang
percaya tidak akan pernah menghujat Roh Kudus, karena kita semua adalah orang
yang percaya kepada Yesus Kristus! (I Korintus 12:3). Tetapi yang sering kita
lakukan adalah: Mendukakan Rok Kudus
(Efe 4:30) dan Memadamkan Roh Kudus (I Tes 5:19). Tidakan mendukakan Roh Kudus adalah ketika kita
tidak peka lagi untuk bersekutu dengan Tuhan, berdoa dan membaca Firman Tuhan,
bermazmur, memuji nama Tuhan, dan melakukan kebenaran Firman Tuhan. Ini semua adalah “bahan bakar” yang membuat
Roh Kudus tetap berkobar atau memenuhi hati kita!. Roh Kudus adalah api, api akan redup bahkan
padam alias mati jika tidak di supply bahan bakar! Jadi jangan dukakan Roh Kudus dan jangan
Padamkan Roh Kudus.
Yang diperlukan dari kita hanyalah
Ketaatan. Ketaatan pada pimpinan Roh Kudus! Bukan kesepakatan. Di dalam ketaatan tidak ada
tawar menawar yang ada hanyalah melakukan saja apa yang diperintahkan tanpa
tahu apakah ada resiko atau tidak. Oleh karena itu orang yang taat itu berani
ambil resiko, mau berkorban atau bayar harga, berani menentang ketidak benaran
dan ketidakadilan bahkan berani menentang budaya dunia, budaya organisasi yang
tidak dibangun di atas dasar yang Kristus. Hal-hal seperti itu tidak ada di dalam
kesepakatan. Di dalam kesepakatan selalu ada
hitung-hitungan (untung berapa atau ruginya berapa). Biasanya semua yang
beresiko dan merugikan akan ditolak atau dihindarinya.
Saudara semua yang rajin beribadah
atau bersekutu dengan Tuhan tentu juga karena ketaatan bukan? Bukan karena
kesepakatan. Begitu pula saya yakin dengan
semua pemimpin gereja dan hamba-hamba Tuhan, semua kita melakukan pelayanan
kita karena kita Taat bukan karena ada kesepakatan berorganisasi dimana kita
menandatangani lembar kesepakatan pernyataan loyalitas sebelum kita diteguhkan.
Kalau pemahaman semua fugsionaris gereja masih pada taraf kesepakatan, maka
jangan heran kalau orang-orang percaya yang aktif di dalam gereja penampilan mereka bukan lagi seperti pelayan
tapi lebih seperti seorang karyawan yang mengerutu kalau gajinya terlambat,
atau gajinya engga naik-naik, pilih-pilih dalam melayani jemaat karena melihat persembahan kasih yang
akan diberikan, mengejar pencapaian performance (kinerja) agar bisa dinilai
atasan berhasil dan dipuji jemaat atau sinode sehingga bisa cepat naik pangkat
dan ditempatkan di tempat yang nyaman bukan di jemaat kecil, miskin dan tempat
terpencil. Konsep seperti yang saya
jelaskan diatas bukanlah Gereja sebagai sebuah organisme, yang hidup tetapi
gereja sebuah organisasi layaknya organisasi dunia ini.
Selamat merayakan hari pentakosta!. Tuhan Memberkati
Sumber:
-
J.
Stephen Lang, “The Complete Book of Bible”
-
Compassion International, “Church Philosophy”
-
Andreas Ahuluheluw, “My Spiritual Journey”
Comments
Post a Comment